Dari Luka Aksi ke Harapan Bersama: Komitmen PT Timah Dalam Pelayanan kepada Rakyat Bangka Belitung

"Ini tentang SN: Timah itu terbentuk karena proses perubahan dan tekanan alam yang ekstrem…sejatinya timah tahan karat, bukan mudah panas...Timah tidak takut goresan, karena setiap goresan membuatnya  semakin berkilau..”  

Bangka Belitung – Seperti Timah yang ulet menghadapi tekanan, perusahaan PT Timah tidak mudah retak — bahkan dalam guncangan konflik — justru bisa menjadi lebih bersinar melalui goresan pengalaman. Di tengah dinamika tuntutan masyarakat penambang, PT Timah harus menjawab kritik sekaligus membuktikan bahwa keberadaannya memang bukan sekadar korporasi ekstraktif, melainkan pilar bagi kesejahteraan rakyat Bangka Belitung.

Sepanjang dekade, PT Timah telah mencatat berbagai pencapaian prestisius. Di ranah pelaporan keberlanjutan, misalnya, perusahaan ini meraih Gold Rank Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2024 atas transparansi dan akuntabilitasnya.  Di tahun-tahun sebelumnya juga tercatat penghargaan Indonesia Best CSR Award 2023 dari The Iconomics & RRI atas dampak nyata program CSR-nya.  Bahkan, di tingkat lokal, Pemkab Bangka Tengah memberikan penghargaan atas konsistensi PT Timah dalam TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) sesuai sinkronisasi pembangunan daerah.

Namun keberhasilan bukan hanya soal penghargaan — yang sesungguhnya lebih bermakna adalah dampak langsung terhadap masyarakat. Dalam pengelolaan CSR, PT Timah menjalankan berbagai program pemberdayaan: dari pendidikan (beasiswa, sarana belajar di sekolah-sekolah, dll), hingga ekonomi lokal lewat inovasi sosial seperti PROTEIN NABATI (budidaya nanas), Budaya Menawan (peternakan unggas secara ramah lingkungan), dan program silvofishery untuk nelayan.  Untuk kesehatan, ada program bantuan medis individu serta layanan kesehatan keliling (Mobil Sehat) bagi masyarakat ring satu operasi tambang.

Angka pun berbicara: di kuartal I 2025, PT Timah menyalurkan Rp 6,4 miliar melalui 259 kegiatan CSR yang menyentuh 23.351 orang di wilayah operasional (Bangka Belitung, Riau, Kepulauan Riau).  Untuk pemberdayaan masyarakat (PPM), pada 2023 disalurkan Rp 14,5 miliar, termasuk program Pemali Boarding School yang telah melahirkan alumni sektor publik dan swasta.  Di bidang lingkungan, PT Timah tidak tinggal diam: penanaman mangrove, reklamasi lahan pasca-tambang, program Fishing Ground, taman karang, atraktor cumi, dan budidaya garam merupakan bagian penting dari strategi mitigasi lingkungan.

Namun tantangan terbesar datang tanggal 6 Oktober 2025, ketika ribuan penambang yang tergabung dalam Aliansi Tambang Rakyat Bersatu (ATB) melakukan unjuk rasa di kantor PT Timah di Pangkalpinang. Aksi itu meluas menjadi kerusuhan; pagar kantor roboh, kaca pecah, fasilitas perusahaan dirusak setelah massa menerobos barikade keamanan.  Tuntutan utama adalah pembubaran satgas internal seperti Satgas Timah Nanggala dan Satgas Halilintar, serta kenaikan harga beli timah rakyat — yang kemudian disepakati bahwa PT Timah akan membeli timah rakyat dengan harga Rp 300 ribu per kilogram, kadar 70 persen SN.

Aksi itu jelas menimbulkan luka: perusahaan dirugikan material, kepercayaan diuji, dan masyarakat di sekitar ikut gelisah melihat iklim konflik. PT Timah pun merespons dengan cara tegas tapi berjiwa dialog: menyatakan bahwa kerusakan fasilitas adalah kerugian materiil dan akan diidentifikasi lebih lanjut.  Namun lebih dari itu, perusahaan menyambut tuntutan masyarakat dan bahkan menyetujui harga beli timah rakyat sebagaimana diusulkan.

Dalam perspektif opini, momen 6 Oktober itu seperti tekanan ekstrem pada logam timah: bisa memecah jika rapuh, atau menguat jika punya struktur internal kokoh. Kita percaya PT Timah akan memilih jalan kedua — memperkuat relasi dengan masyarakat, memperbaiki sistem pengelolaan, dan mempertegas bahwa kontribusi kepada rakyat bukan sekadar slogan.

Ke depan, PT Timah harus tampil sebagai pemimpin transformasi:

1. Mengusut tuntas kerugian materil dan transparan dalam rehabilitasi fasilitas, agar kepercayaan publik pulih.

2. Memperkuat sistem pembelian timah rakyat, memastikan harga adil, dan memutus rantai kolektor ilegal.

3. Memperluas program CSR, terutama di titik yang sensitif saat konflik sosial: pelatihan alternatif, diversifikasi pendapatan masyarakat, dan mitigasi dampak lingkungan.

4. Meningkatkan komunikasi publik: kerap membuka ruang dialog antara manajemen dan kelompok penambang sebagai mitra strategis.

Aksi demonstrasi 6 Oktober bukanlah akhir dari relasi antara PT Timah dan masyarakat Bangka Belitung — melainkan titik tekanan yang memaksa koreksi dan konsolidasi. Seperti timah dalam kutipan, yang tidak takut pada goresan karena goresan itu menjadikannya semakin bersinar, semoga PT Timah mampu bangkit lebih kokoh dari pengalaman ini. Dan semoga masyarakat pun melihat bahwa di balik goresan konflik, ada potensi sinergi baru bila niat baik dan keberpihakan dijalankan dengan keteguhan. (MK/*)


Penulis:

Caption: Mung Harsanto,SE

Mung Harsanto, S.E.

(Wartawan dengan Dengan nomor UKW No.91748-UPNYK/Wda/DP/VI/2024 dari DEWAN PERS)

Profil:

– Pemimpin Redaksi media: matakasus.com
– Pemimpin Redaksi media : lawangpos.com
– Wakil Ketua DPD Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Bangka Belitung
– Sekjen Konsorsium Tim Sembilan Jejak Kasus (T9JK) / (Nomor AHU-0001417.AH.01.07.TAHUN2025)
– Koordinator Liputan media : babeltoday.com
– Managing Editor media : detikbabel.com, jurnalsiber.com dan pangkalpinangpost.com
– Kepala Kantor Berita Online Bangka Belitung (KBO BABEL) : kbobabel.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *